Dalam proses belajar mengajar, dibutuhkan metode atau cara agar pelajaran dapat disampaikan dan diterima dengan baik.
Salah satu kendala dalam pengajaran adalah daya ingat siswa yang kurang tajam atau lemah. Daya ingat siswa lebih mudah terangsang dan tajam ketika seorang pendidik mampu mengolah materi ajarnya dengan cara yang unik dan menarik. Inilah yang dibuktikan Ayatollah Hidayat, salah satu guru finalis Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) 2010, dengan alat ciptaannya; Mesin Pencari Planet (MP2).
Dengan alat tersebut, guru kelas 6 SDN Ma’lengu, Kecamatan Bontolemapangan, Gowa, Sulawesi Selatan, ini menjadikan pelajaran tentang planet dan sususan tata surya tak sesulit yang dibayangkan murid-muridnya lantaran harus menghafalnya.
Sejak setahun lalu Ayatollah menggunakan MP2 sebagai alat peraga menyampaikan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di dalam kelasnya, khususnya, pengetahuan tentang susunan tata surya.
Ayatollah mengungkapkan, ciptaannya itu tercetus karena murid-muridnya mengaku kesulitan menghafal nama-nama planet dan susunannya di tata surya. Berbekal itulah, ia pun secara sederhana menciptakan alat tersebut dengan bahan-bahan yang sederhana.
Delapan planet dalam lingkaran tata surya dibuatnya menggunakan tutup botol plastik bekas beragam ukuran. Planet-planet dari tutup botol itu kemudian direkatkan dengan rangkaian kabel paralel. Rangkaian kabel itu masing-masing berujung pada paku buku yang diletakan pada sebuah bidang nama planet di bawah lingkaran tata surya dengan bahan tampah bambu untuk mengayak beras.
Kabel-kabel itu kemudian dipusatkan pada baterai sebagai power yang akan menyuplai aliran listrik. Aliran listrik inilah yang akan membuat lampu indikator menyala saat dua kutub panel disatukan lewat dua pen penunjuk.
“Pen hitam untuk mencari gambar planet, sedangkan pen merah untuk mencari nama planet. Satu pen harus ditempelkan pada kutub panel nama planet, satunya lagi ditempelkan pada planet-planet tutup botol,” ujar Ayatulloh, di depan dewan juri Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) ke-18 yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Hotel Bumiwiyata, Depok, 2 Agustus 2010.
“Jika lampu indikator tidak menyala, berarti pen yang ditempel tidak sesuai dengan kutubnya. Sebaliknya, jika planet yang ditunjuk benar dan sesuai dengan nama planet yang dicari, lampu indikator di tengah alat tersebut akan secara otomatis menyala,” kata pria kelahiran Gowa, Oktober 1985 itu.
Ayatollah menuturkan, sejak menggunakan ciptaannya itu di dalam kelas, siswa pun mulai lebih memerhatikan pelajaran IPA. Dia mengakui, bahwa dengan cara yang unik itulah dirinya bisa membuat siswa senang belajar.
“Pola tingkah laku mereka mulai berubah dalam belajar. Daya ingat dan daya tangkapnya juga jauh lebih baik,” kata Ayatollah.
Alat tersebut, kata dia, kini menjadi pendukung Lembar Kerja Siswa (LKS) bidang IPA. Karena, kata dia, teori yang ada di dalam LKS pun menjadi lebih mudah dipahami ketimbang menghapal susunan huruf dan gambar planet.
“Akhirnya bisa saya simpulkan, bahwa metode ini pun bisa digunakan untuk memperlajari pelajaran lain seperti mengenal nama-nama negara dan ibukota pada pelajaran IPS,” imbuh Ayatollah.
Untuk itu, ujarnya, MP2 diharapkannya bisa menjadi alternatif baru sarana praktik belajar di dalam kelas. Ke depan, setelah LKIG 2010 ini, ia masih ingin memodifikasi MP2 agar lebih baik lagi untuk kemajuan peserta didiknya.
“Maunya bisa berbunyi seperti bel, tetapi itu nanti saja, masih saya pelajari,” ujar Ayatollah.
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=4919202
Thursday, August 5, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment